Warak Ngendhog adalah mainan khas Kota Semarang yang
muncul sekali dan hanya hadir di perayaan tradisi Dugderan. Mainan ini
berwujud makhluk rekaan yang merupakan gabungan beberapa binatang yang
merupakan simbol persatuan dari berbagai golongan etnis di Semarang: Cina, Arab
dan Jawa. Kepalanya menyerupai kepala naga (Cina), tubuhnya layaknya buraq
(Arab), dan empat kakinya menyerupai kaki kambing (Jawa).
Tidak jelas asal-usul Warak Ngendog. Binatang
rekaan ini hanyalah mainan dalam bentuk patung atau boneka celengan yang
terbuat dari gerabah. Siapa yang menginspirasi pembuatannya pun tak ada yang
tahu. Yang pasti sejak dugderan digelar, sejumlah pedagang menggelar mainan
ini. Dalam setiap penjualan, penjual menaruh telur ayam matang di bawahnya.
Telur itu turut serta dijual bersama waraknya.
Warak ngendog aslinya memang hanya berupa mainan anak-anak dengan
wujud menyerupai hewan. Jika dibandingkan dengan bentuk Warak Ngendog yang ada
sekarang ini, Warak Ngendog yang asli terbuat dari gabus tanaman mangrove dan
bentuk sudutnya yang lurus.
Konon ciri khas bentuk yang lurus dari Warak
Ngendog ini mengandung arti filosofis mendalam. Dipercayai bentuk lurus itu
menggambarkan citra warga Semarang yang terbuka lurus dan berbicara apa adanya.
Tak ada perbedaan antara ungkapan hati dengan ungkapan lisan. Selain itu Warak
Ngendog juga mewakili akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di
Kota Semarang.
Kata WARAK sendiri berasal dari bahasa arab “Wara’I”
yang berarti suci. Dan Ngendog (bertelur) disimbolkan sebagai hasil
pahala yang didapat seseorang setelah sebelumnya menjalani proses suci. Secara
harfiah, Warak Ngendog bisa diartikan sebagai siapa saja yang menjaga kesucian
di Bulan Ramadhan, kelak di akhir bulan akan mendapatkan pahala di Hari
lebaran.
Warak Ngendog bagi Kota Semarang sudah menjadi ikon
identitas kota dan sudah dikenal hingga keluar daerah. Beberapa titik di pusat
kota, bahkan direncanakan akan dibangun patung Warak Ngendog sebagai maskot
penegas ciri khas kota Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar