Minggu, 28 Desember 2014

Tingkeban



Nama               : Aditya Denny S                                                        TUGAS 3 ( Tingkeban )
NIM                : 2601413085
Rombel            : 3
Mata Kuliah    : Budaya Jawa

Tingkeban
Dalam tradisi jawa, mitoni atau tingkeban merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat jawa. Kata mitoni berasal dari kata “am” (awalan am menunjukkan kata kerja)  dan “7” yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan pada bulan ke-7. Upacara mitoni merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. Pada hakekatnya upacara ini dipercaya sebagai sarana menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi yang menunjukkan bahwa upacara-upacara itu merupakan penghayatan dai unsure-unsur kepercayaan lama. Selain itu terdapat suatu aspek solidaritas primordial utama karena merupakan adat istiadat yang turun temurun sudah dilestarikan oleh suatu kelompok sosial. Mengabaikan adat istiadat akan mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata kelompok sosial masyarakat. Dalam pelaksanaan upacara mitoni, ibu yang sedang hamil 7 bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai do’a-do’a khusus.
Berikut ini adalah tata cara pelaksanaan upacara mitoni :
Pertama, siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak 7 orang. Bermakna mohon doa restu, supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi 7 mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
Kedua, memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan simbul harapan supaya bayi lahir dengan lancar tanpa suatu halangan.
Ketiga, berganti nyamping sebanyak 7 kali secara bergantian, disertai kain putih. Kain putih ini sebagai dasar pakaian pertama, yang melambankan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci, dan mendapatkan berkah dari Tuhan yang Maha Esa. Diiringi pertanyaan sudah “pantas apa belum”. Sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum pantas”. Sampai yang terakhir ke-7 kali dengan ganti kain sederhana dijawab “pantas”. Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut  dan bergantian berjumlah 7 dan diakhiri dengan motif yang paling sederhana yaitu :
1.      Sidoluhur
Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur.
2.      Sidomukti
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa yaitu berbahagia dan disegani karena kewibawaannya,
3.      Truntum
Maknanya agar keluhuran budi orang tuanya menurun pada sang bayi.
4.      Wahyu tumurun
Maknanya agar bayi yang lahir menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa dan selalu mendapat petunjuk dan perlindunganNya.
5.      Udan riris
Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan, enak dipandang, dan menyenagkan siapa saja yang bergaul dengannya.
6.      Sido asih
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu dicintai dan dikasihi oleh sesama serta mempunyai sifat belas kasih.

7.      Lasem sebagai kain
Bermotif garis vertical, bermakna semoga anak senantiasa bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
8.      Dringin sebagai kemben
Bermotif garis horizontal, bermakna semoga anak dapat bergaul, bermasyarakat, an berguna antar sesama. Mori dipakai sebagai busana dasar sebelum berganti-ganti nyamping, dengan maksud bahwa segala perilaku calon ibu senantiasa dilambari dengan hati yang bersih. Jika suatu saat keluarga tersebut bahagia sejahtera dengan berbagai fasilitas atau kekayaan atau memiliki kedudukan maka hatinya tetap bersih tidak sombong atau congkak, serta senantiasabertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Keempat, pemutusan lawe atau janur kuning yang dilingkarkan diperut calon ibu, dilakukan calon ayah menggunakan keris brojol ysng ujungnya diberi rempah kunir, dengan maksud agar bayi dalam kandungan akan lahir dengan mudah.
Kelima, calon nenek dari pihak calon ibu , menggendong kelapa gading dengan ditemani oleh ibu besan. Sebelumnya kelapa gading diteroboskan dari atas ke dalam kain yang dipakai calon ibu lewat perut, terus kebawah, diterima oleh calon nenek, maknanya agar bayi dapat lahir dengan mudah tanpa kesulitan. Calon ayah memecah kelapa, dengan memilih salah satu kelapa gading yang sudah digambari kamajaya dan kamaratih atau harjuna dan wara sembodro.
Ketujuh, Upacara memilih nasi kuning yang diletakkan didalam takir sang suami. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara jual dawet dan rujak, pembayaran dengan pecahan genting, yang dibentuk bulat, seolah-olah seperti uang logam. Hasil penjualan dikumpulkan dalam kuali yang terbuat dari tanah liat. Kwali yang berisi uang receh dipecah didepan pintu. Maknanya agar anak yang dilahirkan banyak mendapat rejeki, dapat menghidupi keluarganya dan banyak amal. Hidangan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME, yang disediakan dalam upacara tingkeban antara lain :
a.       Tujuh macam bubur, termasuk procot.
b.      Tumpeng kuat, maknanya bayi yang akan dilahirkan nanti sehat dan kuat
c.       Jajan pasar, syaratnya harus beli di pasar.
d.      Rujak buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya rujaknya enak, bermakna ank yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga.
e.       Dawet, supaya menyegarkan.
Waktu pelaksanaan dan hari pelaksanaan biasanya antara pukul 09.00 sampai dengan 11.00 hari rabu atau sabtu saat tanggal jawa yaitu 14 dan 15 calon ibu mandi dan cuci rambut yang bersih, mencerminkan kemauan yang suci dan bersih. Yang menyirami para ibu yang berjumlah 7 orang yang terdiri sesepuh dekat, upacara dipimpin oleh ibu yang berpengalaman.
Upacara adat 7 bulanan yang disebut mitoni ataupun tingkeban ini mengajarkan kepada masyarakat untuk saling kerjasama menghargai terhadap sesama.tidak hanya itu, mitoni ini mengangkat berbagai macam kain-kain yang dipakai oleh calon ibu yang mempunyai makna masing-masing. Dari makna-makna tersebut kita dapat mengambil pelajaran, yaitu kita sebagai manusia makhluk ciptaan Allah SWT hendaknya harus cermat serta harus merencanakan bagaimana kita hidup di dunia ini yang penuh dengan kesenangan ataupun sendau gurau dan lainnya. Jika kita sebagai manusia hidup di dunia ini tidak mempunyai tujuan hidup yaitu akhirat, alangkah menyesalnya kita sebagai manusia. Oleh sebab itu kita harus mempunyai rencana- rencana maupun target-target hidup di masa mendatang kelak, sehingga kita menjadi manusia yang sukses tidak hanya di dunia namun di akherat pun juga. Dalam prosesi mitoni juga dijelaskan bahwa yang memimpin upacara adalah ibu yang sudah berpengalaman, disini bisa dilihat bahwa dalam suatu acara maupun kepanitiaan maupun kepemerintahan, sudah tentu kita hendaknya memilih seseorang yang lebih mengerti maupun lebih berpengalaman untuk memimpin suatu kelompok.
Jadi perlengkapan dalam Tingkeban yaitu : air kendi 7 mata air, telur ayam kampung, kain sarung, kain putih, kain mori, janur kuning, keris brojol, rempah kunir, kelapa gading, nasi kuning, pecahan genting, kuali yang terbuat dari tanah liat, tujuh macam bubur, termasuk procot, tumpeng kuat, jajan pasar syaratnya harus beli di pasar, rujak buah-buahan tujuh macam, Dawet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar