Nama : Aditya Denny S TUGAS
3 ( Tingkeban )
NIM : 2601413085
Rombel : 3
Mata
Kuliah : Budaya Jawa
Tingkeban
Dalam tradisi jawa, mitoni atau tingkeban merupakan
rangkaian upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh
sebagian masyarakat jawa. Kata mitoni berasal dari kata “am” (awalan am
menunjukkan kata kerja) dan “7” yang berarti suatu kegiatan yang
dilakukan pada bulan ke-7. Upacara mitoni merupakan suatu adat kebiasaan atau
suatu upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang
perempuan dengan tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung
senantiasa memperoleh keselamatan. Pada hakekatnya upacara ini dipercaya
sebagai sarana menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi yang menunjukkan bahwa
upacara-upacara itu merupakan penghayatan dai unsure-unsur kepercayaan lama.
Selain itu terdapat suatu aspek solidaritas primordial utama karena merupakan
adat istiadat yang turun temurun sudah dilestarikan oleh suatu kelompok sosial.
Mengabaikan adat istiadat akan mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi
keluarga yang bersangkutan di mata kelompok sosial masyarakat. Dalam
pelaksanaan upacara mitoni, ibu yang sedang hamil 7 bulan dimandikan dengan air
kembang setaman, disertai do’a-do’a khusus.
Berikut
ini adalah tata cara pelaksanaan upacara mitoni
:
Pertama,
siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak 7 orang. Bermakna mohon doa restu,
supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi 7 mata
air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi
dipecah.
Kedua,
memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami
melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan simbul harapan supaya bayi lahir
dengan lancar tanpa suatu halangan.
Ketiga,
berganti nyamping sebanyak 7 kali secara bergantian, disertai kain putih. Kain
putih ini sebagai dasar pakaian pertama, yang melambankan bahwa bayi yang akan
dilahirkan adalah suci, dan mendapatkan berkah dari Tuhan yang Maha Esa.
Diiringi pertanyaan sudah “pantas apa belum”. Sampai ganti enam kali dijawab
oleh ibu-ibu yang hadir “belum pantas”. Sampai yang terakhir ke-7 kali dengan
ganti kain sederhana dijawab “pantas”. Adapun nyamping yang dipakaikan secara
urut dan bergantian berjumlah 7 dan diakhiri dengan motif yang paling
sederhana yaitu :
1.
Sidoluhur
Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan
berbudi pekerti luhur.
2.
Sidomukti
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang
yang mukti wibawa yaitu berbahagia dan disegani karena kewibawaannya,
3.
Truntum
Maknanya agar keluhuran budi orang tuanya menurun
pada sang bayi.
4.
Wahyu
tumurun
Maknanya agar bayi yang lahir menjadi orang yang
senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa dan selalu mendapat
petunjuk dan perlindunganNya.
5.
Udan
riris
Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang
menyegarkan, enak dipandang, dan menyenagkan siapa saja yang bergaul dengannya.
6.
Sido
asih
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang
yang selalu dicintai dan dikasihi oleh sesama serta mempunyai sifat belas
kasih.
7.
Lasem
sebagai kain
Bermotif garis vertical, bermakna semoga anak
senantiasa bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
8.
Dringin
sebagai kemben
Bermotif garis horizontal, bermakna semoga anak
dapat bergaul, bermasyarakat, an berguna antar sesama. Mori dipakai sebagai busana
dasar sebelum berganti-ganti nyamping, dengan maksud bahwa segala perilaku
calon ibu senantiasa dilambari dengan hati yang bersih. Jika suatu saat
keluarga tersebut bahagia sejahtera dengan berbagai fasilitas atau kekayaan
atau memiliki kedudukan maka hatinya tetap bersih tidak sombong atau congkak,
serta senantiasabertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Keempat,
pemutusan lawe atau janur kuning yang dilingkarkan diperut calon ibu, dilakukan
calon ayah menggunakan keris brojol ysng ujungnya diberi rempah kunir, dengan
maksud agar bayi dalam kandungan akan lahir dengan mudah.
Kelima,
calon nenek dari pihak calon ibu , menggendong kelapa gading dengan ditemani
oleh ibu besan. Sebelumnya kelapa gading diteroboskan dari atas ke dalam kain
yang dipakai calon ibu lewat perut, terus kebawah, diterima oleh calon nenek,
maknanya agar bayi dapat lahir dengan mudah tanpa kesulitan. Calon ayah memecah
kelapa, dengan memilih salah satu kelapa gading yang sudah digambari kamajaya
dan kamaratih atau harjuna dan wara sembodro.
Ketujuh,
Upacara memilih nasi kuning yang diletakkan didalam takir sang suami. Setelah
itu dilanjutkan dengan upacara jual dawet dan rujak, pembayaran dengan pecahan
genting, yang dibentuk bulat, seolah-olah seperti uang logam. Hasil penjualan
dikumpulkan dalam kuali yang terbuat dari tanah liat. Kwali yang berisi uang
receh dipecah didepan pintu. Maknanya agar anak yang dilahirkan banyak mendapat
rejeki, dapat menghidupi keluarganya dan banyak amal. Hidangan sebagai ucapan
syukur kepada Tuhan YME, yang disediakan dalam upacara tingkeban antara lain :
a. Tujuh
macam bubur, termasuk procot.
b. Tumpeng
kuat, maknanya bayi yang akan dilahirkan nanti sehat dan kuat
c. Jajan
pasar, syaratnya harus beli di pasar.
d. Rujak
buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya rujaknya enak, bermakna
ank yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga.
e. Dawet,
supaya menyegarkan.
Waktu pelaksanaan dan hari pelaksanaan biasanya
antara pukul 09.00 sampai dengan 11.00 hari rabu atau sabtu saat tanggal jawa
yaitu 14 dan 15 calon ibu mandi dan cuci rambut yang bersih, mencerminkan
kemauan yang suci dan bersih. Yang menyirami para ibu yang berjumlah 7 orang
yang terdiri sesepuh dekat, upacara dipimpin oleh ibu yang berpengalaman.
Upacara adat 7 bulanan yang disebut mitoni ataupun
tingkeban ini mengajarkan kepada masyarakat untuk saling kerjasama menghargai
terhadap sesama.tidak hanya itu, mitoni ini mengangkat berbagai macam
kain-kain yang dipakai oleh calon ibu yang mempunyai makna masing-masing. Dari
makna-makna tersebut kita dapat mengambil pelajaran, yaitu kita sebagai manusia
makhluk ciptaan Allah SWT hendaknya harus cermat serta harus merencanakan
bagaimana kita hidup di dunia ini yang penuh dengan kesenangan ataupun sendau
gurau dan lainnya. Jika kita sebagai manusia hidup di dunia ini tidak mempunyai
tujuan hidup yaitu akhirat, alangkah menyesalnya kita sebagai manusia. Oleh
sebab itu kita harus mempunyai rencana- rencana maupun target-target hidup di
masa mendatang kelak, sehingga kita menjadi manusia yang sukses tidak hanya di
dunia namun di akherat pun juga. Dalam prosesi mitoni juga dijelaskan bahwa
yang memimpin upacara adalah ibu yang sudah berpengalaman, disini bisa dilihat
bahwa dalam suatu acara maupun kepanitiaan maupun kepemerintahan, sudah tentu
kita hendaknya memilih seseorang yang lebih mengerti maupun lebih berpengalaman
untuk memimpin suatu kelompok.
Jadi
perlengkapan dalam Tingkeban yaitu :
air kendi 7 mata air, telur ayam kampung, kain sarung, kain putih, kain mori,
janur kuning, keris brojol, rempah kunir, kelapa gading, nasi kuning, pecahan
genting, kuali yang terbuat dari tanah liat, tujuh macam bubur, termasuk
procot, tumpeng kuat, jajan pasar syaratnya harus beli di pasar, rujak
buah-buahan tujuh macam, Dawet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar